My Calendar

9.25.2008

Wahai Jiwa Yang Tenang . . .

"Hai jiwa yang tenang.Kembalilah kepada Tuhamu dengan hati yang puas lagi diridhaiNya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hambaKu. Masuklah ke dalam surgaKu" (QS Al-Fajr :27-30)

Ungkapan lembut tersebut adalah rayuan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang juga disertai ajakan yang provokatif. Bagaimana mungkin kita tidak tergiur dengan rayuan semacam itu?

Kita bisa bekerja dengan keras saat jiwa kita sedang asyik dengan Al-Qur’an. Tetapi di saat yang lain, kita mungkin mengalami kondisi keengganan yang besar, jangankan disuruh menghafal, sekedar melihat mushaf pun sangat tidak siap. Untuk kondisi seperti itu, kita perlu merayu diri sendiri, merenungi kehidupan diri kita sendiri sambil mencari bahasa apa yang dapat membangkitkan energi kita untuk kembali bekerja: meraih cita-cita hidup bersama Al-Qur’an.

Berbagai permasalahan umum pada diri kita saat berinteraksi dengan Al-Qur’an antara lain:

  1. Kita sadar sepenuhnya bahwa tilawah setiap hari adalah keharusan, tetapi jiwa kita belum siap untuk komitmen secara rutin sehingga dalam sebulan, begitu banyak hari-hari yang terlewatkan tanpa tilawah Al-Qur’an.
  2. Kita paham bahwa menghafal Al-Qur’an adalah kemuliaan yang besar manfaatnya, tetapi jiwa kita belum siap untuk meraihnya dengan mujahadah.
  3. Kita sadar bahwa masih banyak ayat yang belum kita pahami, namun jiwa kita tidak siap untuk melakukan berbagai langkah standar minimal untuk dapat memahami isi Al-Qur’an.
  4. Kita sadar bahwa mengajarkan Al-Qur’an sangat besar fadhillahnya, tetapi karena minimnya apresiasi dan penghargaan ummat terhadap para pengajar Al-Qur’an maka sangat sedikit yang siap menjadi pengajar Al-Qur’an.
  5. Kita paham bahwa shalat yang baik - khususnya shalat malam - adalah shalat yang panjang dan sebenarnya kita mampu membaca sekian banyak ayat, namun jiwa kita kadang tidak tertarik terhadap besarnya fadhillah membaca Al-Qur’an di dalam shalat.
  6. Kita sadar bahwa dakwah dijamin oleh nash Al-Qur’an dan Allah Swt akan memberikan kemenangan, namun jiwa kita tidak sabar dengan prosesnya yang panjang sehingga cenderung meninggalkan atau lari dari medan dakwah.
  7. Kita paham betul bahwa banyak keutamaan di dunia dan akhirat bagi manusia yang berinteraksi dengan Al-Qur’an, tetapi fadhillah tersebut hanya menjadi pengetahuan, tidak mampu menghasilkan energi yang besar untuk beristiqamah dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an.
  8. Kita paham dengan sangat jelas bahwa semua tokoh Islam di atas bumi ini adalah orang-orang yang telah berhasil dengan ilmu Al-Qur’an dan merekapun menguasai kehidupan dunia, namun jiwa kita enggan mempersiapkan generasi mendatang yang hidupnya berada di bawah naungan Al-Qur’an.

Jangan pernah berhenti untuk merayu diri agar segera bangkit. Tanyakanlah pada diri kita:

1. Wahai diri, tidakkah kamu malu kepada Allah Swt? Mengaku cinta kepada Allah Swt tetapi tidak merasa senang berinteraksi dengan Kalam-Nya. Bukankah ketika manusia cinta dengan manusia lain, ia menjadi senang membaca suratnya bahkan berulang-ulang? Mengapa kamu begitu berat dan enggap untuk hidup dengan wahyu Allah Swt? Adakah jaminan bahwa kamu mendapat pahala gratis tanpa beramal shalih? Dengan apa lagi kamu mampu meraih pahala Allah Swt? Infak cuma sedikit, jihad belum siap, kalau tidak dengan Al-Qur’an, dengan apa lagi?

2. Wahai jiwaku, siapa yang menjamin keamanan dirimu saat gentingnya suasana akhirat? Padahal Rasulullah Saw menjamin bahwa Allah Swt akan memberikan keamanan bagi manusia yang rajin berinteraksi dengan Al-Qur’an, mulai dari sakaratul maut hingga saat melewati shirat.

3. Wahai jiwaku, tidakkah kamu malu kepada Allah Swt? Dengan nikmat-Nya yang demikian banyak, yang diminta maupun tidak, tidakkah kamu bersyukur kepada-Nya, mendekatkan diri kepada-Nya dengan memperbanyak membaca Al-Qur’an?

4. Wahai jiwaku, sadarkah kamu ketika Allah Swt dan Rasulnya mengajak dirimu memperbanyak hidup bersama Al-Qur’an? Untuk siapakah manfaat amal tersebut? Apakah kamu mengira bahwa dengan banyak membaca Al-Qur’an maka kemuliaan Allah dan Rasul-Nya menjadi bertambah? Dan sebaliknya, jika kamu tidak membaca Al-Qur’an, kemuliaan itu berkurang? Sekali-kali tidak. Semua yang kita baca dan lakukan, kitalah yang paling banyak mendapatkan manfaatnya.

5. Wahai jiwa, tidakkah kamu merasa khawatir dengan dirimu sendiri? Selama ini hidup tanpa al-Qur’an, jatah usia makin sedikit, tabungan amal shalih masih sedikit, jaminan masuk surga tak ada di tangan. Sampai saat ini belum mampu tilawah rutin satu juz per hari, jangan-jangan Al-Qur’anlah yang tidak mau bersama dirimu karena begitu kotornya dirimu sehingga Al-Qur’an selalu menjauh dari dirimu.

6. Wahai jiwa, tidakkah engkau tergiur untuk mengikuti kehidupan Rasulullah Saw dan para sahabat serta tabiin yang menjadi kenangan sejarah sepanjang zaman dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an? Jika hari ini kamu masih enggan berinteraksi dengan Al-Qur’an apa yang akan dikenang oleh generasi yang akan datang tentang dirimu?

Ungkapan di atas adalah perenungan terhadap diri sendiri dalam urusan dunia dan akhirat, hal yang dianjurkan oleh Allah Swt agar hidup kita tidak berlalu begitu saja tanpa makna.

"...Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu supaya kamu berfikir. Tentang dunia dan akhirat..." (QS Al-Baqoroh :219-220)

Jagalah Dirimu dan Keluargamu Dari Siksa Api Neraka

Dalam Surat Maryam ayat 59 disebutkan tentang dua sifat buruk generasi mendatang, yaitu meninggalkan sholat dan mengikuti hawa nafsu. Hal ini dapat kita buktikan sekarang di zaman kita, mesjid-mesjid sepi dari generasi muda, penghuni mesjid kebanyakan dihuni para tua renta, dan hasil survey saudara kita Sony Set penggagas kampanye jangan bugil di depan kamera dalam bukunya menyebutkan lebih dari 500 sudah film porno diproduksi di dalam negeri kita ini dalam 1 tahun, dan kebanyakan pelakunya adalah generasi muda. na'uudzubillah.
Untuk itu untuk mengingatkan kembali kepada para orang tua untuk tidak bosan menyuruh putra putrinya menegakkan sholat: "wa'mur ahlaka bishsholaati was thobir 'alaiha" ( perintahkan keluargamu untuk sholat dan bersabarlah dalam menjalankannya).
Rasululloh senantiasa membangunkan putri dan menantunya untuk sholat malam, demikian pula abu bakar ash shidiq senantiasa mengunjungi rumah putranya Abdurrahman bin abu bakar untuk mengingatkan untuk sholat. Maka kita pun semestinya demikian selalu dan bersabar untuk memerinytahkan ahli/keluarga kita untuk sholat terutama kepada generasi penerus, agar jangan menjadi generasi yg disebutkan di dalam surat maryam di atas. dan tentunya kita senantiasa memohon kepada Alloh 'azza wa jalla sebagaimana abul anbiya Ibrahim as berdo'a dengan do'a: "Alloohummaj'alnii muqiimashsholaata wamin dzurriyyaatii" ( Yaa Alloh jadikanlah aku termasuk hamba yang menegakkan Sholat begitu pula dengan anak keturunanku).
Amiin. Wallahu a'lam bissawaab

9.23.2008

4shared.com - file sharing network - free file search - ebook_indo

Yang mau baca-baca, tambah ilmu, tambah kaya, langsung aja kunjungi link di bawah ini:

4shared.com - file sharing network - free file search - ebook_indo

9.14.2008

Hikmah Puasa

Pada kesempatan ini izinkan saya menyampaikan sedikit ilmu tentang Hikmah Puasa. Dalam Surat Al Baqoroh ayat 183, Allah Jalla Jalaaluh berfirman:

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa".

Di ayat ini Allah Jalla Jalaaluh hanya "mengundang" hambanya yang mempunyai predikat "Beriman". Pertanyaannya, apakah definisi orang yang beriman, siapakah mereka?
Dalam Alquran Allah Jalla Jalaaluh banyak sekali memberikan penjelasan dari pertanyaan di atas, di antaranya dapat dilihat pada Surat Al Mu'minun ayat 1-11, yang artinya:

"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. Yaitu orang-orang yang khusyuk dalam sholatnya. Dan orang-orag yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tak berguna. Dan orang-orang yang membayar zakat. Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya. Kecuali kepada istri-istri atau hamba sahaya yang mereka miliki, maka mereka tidak tercela. Barang siapa yang melepaskan nafsunya kepada selain itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat dan menepati janjinya. Dan orang-orang yang memelihara sholatnya. Itulah orang-orang pewaris. Yang mewarisi syurga firdaus, mereka kekal di dalamnya".

Selain itu dalam Surat Al Anfal ayat 2-3, yang artinya:

"Sesungguhnya orang beriman ialah orang yang apabila disebut Allah, gemetar hatinya dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Allah bertambahimannya dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan sholat dan menafkahkan sebahagian rezeki yang kami berikan kepadanya".

Dari dua surat di atas terdapat kesamaan definisi orang-orang yang beriman, yaitu mereka yang mendirikan sholat dan menunaikan zakat.Dalam Alquran banyak sekali ayat-ayat yang membahas tentang Shalat dan Zakat, paling tidak ada 11 surat yang membahas tentang hal tersebut, yaitu:
  • AlBaqoroh ayat 43,83,110,177 dan 277
  • AlMaidah ayat 12 dan 55
  • Al Anfal ayat 3
  • AtTaubah ayat 5,11,18 dan 71
  • Al Hajj ayat 41 dan 78
  • AnNuur ayat 56
  • AnNaml ayat 3
  • Luqman ayat 4
  • AlAhzab ayat 33
  • AlMujadalah ayat 13
  • AlMuzzammil ayat 20

Timbul pertanyaan, mengapa sholat dan zakat begitu penting kedudukannya dalam Islam ? Dan mengapa 2 hal tersebut selalu terkait satu dengan lainnya ?
Sebagaimana diketahui bahwa sholat dan zakat adalah termasuk dalam rukun Islam, yaitu rukun yang ke-2 dan ke-4. Sedangkan puasa masuk pada rukun Islam yang ke-3. Ada satu hal yang menarik , posisi angka 3 berada di antara angka 2 dan 4. Bila dikaitkan dengan puasa, maka ia berada di antara sholat dan zakat, bila mau diinterpretasikan secara bebas, maka di dalam puasa terkandung sholat dan zakat, yang artinya seseorang yang berpuasa tidak akan berguna bila ia tidak mendirikan sholat dan tidak menunaikan kewajiban mengeluarkan zakat bagi orang-orang yang berhak menerimanya.

Shalat
Shalat adalah kewajiban bagi kaum muslimin dan muslimat yang tidak bisa ditawar-tawar (fardhu 'ain). Barang siapa yang meninggalkannya tanpa adanya uzur syar'i, sesungguhnya dia telah menzholimi dirinya sendiri. Bila bagi hamba-hamba Allah yang berpredikat muslimin/muslimat saja, shalat adalah suatu kewajiban, apalagi bagi yang ingin disebut sebagai mu'minin/mu'minat, shalat haruslah merupakan suatu kebutuhan mendasar. Tanpa shalat seorang mu'min bagaikan ikan tanpa air, ia akan sengsara dan tak lama kemudian, mati.

Banyak hadits Nabi Muhammad SAW tentang shalat. Antara lain yang intinya sebagai berikut:

  • Amal yang membedakan antara seorang muslim dan seorang kafir adalah shalat.
  • Amal manusia yang pertama kali dihisab di padang mahsyar adalah shalatnya.
Oleh sebab itu kita senantiasa mohon pada Allah Jalla Jalaaluh agar kita dan keturunan kita dijadikan hamba yang menjaga dan mendirikan shalat, seperti doa yang tercantum pada Surat Ibrahim ayat ke-40 yang artinya:

"Ya Tuhanku, jadikan aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap selalu mendirikan shalat. Ya Tuhanku perkenankan doaku".

Zakat

Dalam Islam terdapat 2 hal yang harus diseimbangkan antara iman dan amal sholeh, yang sifatnya ukhrowi dan duniawi. Dalam haditsnya Nabi Muhammad SAW bersabda:

Beribadahlah, seolah-olah engkau mati esok, bekerjalah, seolah-olah engkau hidup selama-lamanya.

Selain itu terdapat 2 hal yang juga harus diseimbangkan yaitu hablum minalloh dan hablum minannas, hubungan vertikal dan hubungan horizontal. Bila shalat adalah bentuk hablum minalloh, hubungan vertikal antara makhluk dan kholiq. Maka salah satu bentuk hablum minannas, hubungan horizontal antar makhluq adalah zakat.

Shalat sebagai manifestasi ketaatan makhluq kepada kholiq belumlah cukup, sebab, shalat harus mempunyai dampak positif bagi pelakunya dan lingkungan sekitarnya. Ketaatan harus dibuktikan, bagaimana membuktinnya?

Salah satu bentuk pembuktian itu adalah zakat, karena zakat menunjukkan alau kita mempunyai rasa kepedulian dan berempati terhadap sesama. Zakat menunjukkan perasaan ruhama dan ukhuwah Islamiyah antara aghniya dan fuqoro.

Dapatkah ikhwah fillah bayangkan seandainya zakat ini diimplementasikan di kehidupan sehari-hari, alangkah indahnya. Kecemburuan sosial akan dapat diminimalisasi karena adanya keikhlasan dari yang memberi dan kemudian didoakanoleh pihak yang menerima. Dari kondisi seperti itulah keberkahan akan datang, Insya Allah.

Sesungguhnya puasa mengajarkan kita rasa kepedulian sosial yang tinggi, dengan puasa kita menempatkan diri sebagai seorang yang tidak berpunya sehingga harus menahan rasa lapar dan dahaga. Dengan berpuasa akan timbul rasa senasib dan sepenanggungan sesama hamba Allah Jalla Jalaalu.

Wallahu a'lam bissawab.



9.06.2008

Kematian Sebagai Nasihat

Sebuah hadist menyebutkan, orang yang cerdas adalah orang selalu mengingat kematian. Dengan mengingat kematian itu, manusia akan mengorientasikan seluruh hidupnya untuk kebaikan.
Ketika manusia mengingat kematian, mereka pasti akan menggunakan potensi-potensi dirinya hanya untuk beramal kebaikan. Manusia yang selalu mengingat kematian akan memutus dan menarik garis pembatas dengan segala perbuatan dosa, serta tidak akan pernah berkompromi dengan perbuatan durhaka.
Manusia pasti melalui iring-iringan kematian, mengingat akhir kehidupan yang pasti datang ini, waktu yang sudah Allah Ta’ala takdirkan buat anak Adam. Kematian adalah saat yang memilukan. Tak ada satupun keturunan anak Adam, yang luput dari peristiwa kematian.
Betapa pun panjang usia, dan betapa asyik masyuknya dengan masa muda, yang sehat dan gagah, manusia tetap akan mengalami saat kematian. Walaupun, manusia memiliki mobil-mobil, gedung-gedung, tinggal di apartemen yang super luk dan mewah, memakai pakaian yang terbuat dari sutera yang halus dan lembut, menikmati berbagai makanan restoran yang serba lezat, saling berkunjung dan banyak mengumbar gelak dan tawa, ketika datang kematian, semuanya itu pasti pupus dan tak berarti apa-apa.
Kadang-kadang manusia lupa akan kematian. Karena tenggelam dalam kenikmatan dunia, yang hanya sebentar itu. Kadang-kadang kehidupan dunia membuat manusia terhempas dalam khayalan yang tak ada ujungnya. Mereka terus menerus melanglang mengikuti hawa nafsunya, yang seakan tak berbatas. Manusia ingin mereguk segala kenikmatan dunia. Manusia yang mengejar kenikmatan dunia itu, bagaikan mereka yang mengejar fatamorgana di padang pasir, yang tak pernah mendapatkan kepuasan, dan tak pernah menemukan air yang dapat menghilangkan rasa dahaganya.
Mengapa manusia menjadi lupa terhadap hakekat tujuan hidupnya? Mengapa manusia melupakan akan pertanggung-jawaban yang pasti akan diminta oleh Sang Pencipta Allah Rabbul Azis itu? Mengapa manusia berkhianat terhadap dzat yang menciptakan dirinya? Mengapa manusia hanya menghabiskan waktunya untuk bersenda gurau dan main-main? Mengapa manusia memilih bergaul dan bercengkerama dengan para ahlul maksiat dan ahlul bathil?

“Tidak ada tempat yang bisa didiami seseorang setelah mati, kecuali yang telah ia kerjakan sebelum mati. Jika ia mengerjakan kebajikan, maka tempatnya pun baik, tapi bila ia mengerjakan kejahatan, maka akan celakalah pembuatnya.Buat ahli waris yang sibuk megumpulkan harta benda dunia, pasti tak ada gunanya bagi mereka yang sudah mati”.

Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw, ketika menghadapi sakaratul maut, mengambil khamishah (kain kecil), dan menaruhnya di wajah beliau, karena beratnya kondisi yang beliau hadapi. Lalu, beliau berdoa: “Laa ilahaa illallah…laa ilaaha illallah … laa ilaaha illallah. Sungguh, kematian itu amat pendih. Ya Allah, bantulah aku menghadapi sakaratul maut. Ya Allah, ringankanlah sakaratul maut ini buat ku”.
Aisyah menuturkan: “Demi Allah, beliau mencelupkan kain itu ke air, lalu meletakkannya di atas wajahnya”. Lalu, beliau berdoa: “Ya Allah, bantulah aku menghadapi sakaratul maut”. Mengapa Rasulullah Saw berdoa seperti itu? Para Sahabat menafsirkan, beliau berdoa demikian, karena diberi dua pilihan. Diperpanjang usianya atau bertemu Tuhannya. Tetapi, beliau, ‘justru memilih teman Tertingginya (Rabbnya)’. “Aku ingin segera meninggalkan dunia ini … aku ingin meninggal saat ini”, ujar Rasulullah Saw.
Beliau tahu, betapapun panjangnya usia dan jauhnya ajal, beliau tetap akan mengalami kematian. Wallahu ‘alam.

9.05.2008

SEBUAH LANGKAH AWAL DAN PERKENALAN



Bismillaahirrohmaanirrohiim

Assalaamu 'alaikum warohmatulloohi wabarokaatuh

Alhamdulillaahi Robbil 'alamiin

Asyhadu anLaa ilaaha illa LLah

Wa asyhadu anna Muhammadar Rosuulu LLah

Segala puji hanya milik Allah Jalla Jalaaluh, yang telah mentakdirkan si Andry ini untuk belajar membuat website yang Insya Allah akan bermanfaat minimal untuk diri sendiri, bahkan kalau Allah mengizinkan, akan bermanfaat untuk orang lain.
Sebagai suatu langkah awal, kepada teman-teman yang mengunjungi blog ini, izinkan saya memperkenalkan diri.
Nama yang diberikan orang tua kepada saya 32 tahun yang lalu adalah Andry Cancereza. Saat ini saya sudah berkeluarga dan mempunyai 2 putra dan putri. Selama hampir 11 tahun terakhir (wow..lama banget ya..), saya bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang otomotif di bilangan Cilandak-Jakarta Selatan.
Saya kira cukup sekian perkenalan singkat saya, bila teman-teman yang terlanjur masuk di blog ini dan ingin lebih mengenal saya, silakan untuk memberikan komentarnya, saya tunggu lho...

Wassalaamu 'alaikum